なにがあっても、あきらめないで

in

ada ironi dalam diriku

Aku sering kepikiran gimana kalo aku nggak kumpul sama teman-teman ini lagi. ngeliat fakta bahwa bapak atau ibuk nggak pernah tuh kontak-kontakan sama teman sekolahnya dulu atau teman lama. Kalopun ada jarang banget.

kadang ada ketakutan, gimana kalo teman-teman ini semua lupa sama aku. apalagi dulu waktu ikut ‘komunitas’ pas awal-awal kebentuk, kepikiran dan pengen ngomong ‘guys, kalopun nanti idola yang kita suka udah pensiun, kita harus tetep kumpul-kumpul ya’ atau ketakutan ketika mendekati kelulusan sekolah/kuliah, juga ketika selesai KKN di desa dengan berbagai teman dari jurusan lain. sampe pernah bilang “i will never find this complex team, dengan segala kemajemukannya” atau ketika ada kabar bahwa kolega akan resign. itu semua membuatku kepikiran. ketakutan?

ketakutan-ketakukan inilah yang membuatku kadang males pamit kalo pas kumpul-kumpul. Ada temen pernah nyeletuk ketika kumpul dalam sebuah event, ‘dia ini suka mendadak ngilang di tengah acara’. Aku sendiri nggak paham, haha, semacam ‘I-hate-to-say-good-bye’ karena kutahu sakitnya pepisahan ? #lohkokcurhat
Namun seiring berjalannya waktu, setelah perpisahan benar-benar terjadi. setelah mulai jarang kontak. Ketakutan-ketakutan itu berubah menjadi ‘bodoh-amat-mereka-lagi-ngapain-sekarang’ ??

Ironis memang. Membuat kalimat yang ingin diucapkan ketika perpisahan menjadi omong kosong. Tapi sekarang ini kalau ada ajakan kumpul dengan teman lama, sering mencoba sebisa mungkin untuk datang. mengutip perkataan teman, ‘jangan lupain temen, karena mereka aset’. Meski bagiku pribadi current friend (teman saat ini, yang sering ketemu, dekat, kontakan, misal teman kerja, tetangga) adalah yang terbaik.
Entah ini ngelantur apaan sih gue,
Engg..anggep aja kontemplasi akhir tahun. :D


by

Tags:

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *