なにがあっても、あきらめないで

in

tentang sebuah rasa yang terlupakan

Seiring waktu berjalan, kita akan melupakan banyak hal. Tapi terkadang hal-hal yang terlewat itu bisa saja muncul dari berbagai macam hal dan menarikmu kembali menuju sebuah ruang yang dipenuhi oleh atmosfer masa lalu.

Contoh paling mudah adalah ketika kamu mendengarkan sebuah lagu di masa remaja. Lalu dalam sekejap kamu akan terlempar ke sebuah ruang kelas di penuh dengan teman SMA dan salah satu di antaranya memutar lagu itu dari Nokia 6600 miliknya. Samar-samar kamu mendengar suara tawa temanmu yang sedang ngecengin teman lain.

Kali ini, rasa itu muncul dalam sebuah mimpi, sebuah rasa yang lucu sebenarnya. Rasa cemburu-cemburu lucuk, begitulah aku menyebutnya. Rasa ini pertama kali kurasakan ketika masa sekolah SMP, rasa di mana gebetan saat itu, tampak lebih akrab dengan teman-teman lain, tapi terasa indifferent ketika berhadapan denganku. Semacam perilaku tidak ingin terlalu dekat agar tidak dicengin/di-cie-cien oleh teman lainnya. Perilaku gebetan ini yang membuatku merasa cemburu-cemburu lucuk. Membuatku kesal karena aku ingin ‘akrab’ dengannya tapi dia justru lebih akrab dengan yang lain yang hanya berstatus teman. Sebuah rasa yang mengakibatkan kesalahpahaman yang berujung perpisahan. wkwk. Tapi dalam mimpi itu ceritanya tentu berbeda, karena yang kuimpikan adalah pasanganku saat ini (dan seterusnya), tapi dengan setting masa sekolah. lucu ya?

Nampaknya, rasa cemburu-cemburu lucuk hanya terjadi masa aku sekolah saja, setelah itu, aku merasa nasib percintaanku mengenaskan. Karena percuma cemburu kalau gebetanpun bukan. hahaha. Lalu setelah sekian lama menjomblo dan bertemu dengan pacar terakhir yang menjadi pasangan seumur hidup, tidak ada perasaan cemburu dalam hubungan kami. Jadi tidak heran setelah sekian lama tidak merasakan lagi perasaan itu dan benar-benar lupa bagaimana rasanya. Lalu, tiba-tiba saja rasa itu muncul di dalam mimpi, dadaku sampai-sampai berdebar, sebuah debaran yang membuat seorang remaja cupu saat itu gelisah sambil senyum-senyum sendiri.

Agaknya mimpi itu semacam menjadi trigger rasa-rasa lain di masa itu. Tentunya bukan ingin kembali ke masa itu, hanya saja, ternyata banyak sekali rasa yang kita lupa seiring waktu berjalan. Rasa-rasa yang menempaku menjadi seperti sekarang ini. Andai saja rasa-rasa ini mewujud manusia, akan kujabat erat dan kuucapkan terima kasih dan selamat tinggal, dan aku lanjut mengikuti waktu.


by

Tags:

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *