なにがあっても、あきらめないで

in

ramadhan yang sepi

Sepertinya kujarang nulis tentang bulan ramadhan. Terakhir tentang ramadhan yang kutulis adalah saat kebersamaan dengan pacar yang sekarang sudah menjadi istri.

Ramadhan tahun ini bagiku sedikit mirip dengan ramadhan tahun lalu. Ada hantu “kehampaan”. Kalau tahun lalu, karena setelah lolos dari predikat “pengangguran” sambil membawa sisa-sia hutang, hhha. Saking kekurangannya, dulu harus milih-milih mau beli takjil.

Tahun ini, lamunanku tentang “balas dendam” membeli takjil pun sirna. Bukan karena menganggur lagi. Tapi karena ada pandemi. Sialan memang. Padahal kusudah merindukan bapak-bapak penjual es buah di pasar ramadan yang menyegarkan itu. Entah bagaimana nasib bapak itu di pandemi ini.

Jalanan pun sepi, aku teringat seperti jaman aku masih SD, ketika populasi kotaku belum sepadat sekarang. Penjual takjil juga mulai berkurang. Kalaupun buka, diserbu banyak orang, tentunya di masa pandemi ini, jadinya parno sendiri alih-alih social distancing.

di bulan ini sepertinya ku diingatkan kembali tentang orang-orang yang kurang beruntung, yang aku pernah merasa seperti itu tahun lalu. Sekarang, nampaknya banyak sekali, tapi tidak banyak juga yang bisa kulakukan. Tapi kuakan coba bantu sebisa mungkin.

Semoga tetep diberi kesehatan dan bertemu dengan ramadan lagi yang lebih meriah.


by

Tags:

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *